.MUHAMMAD NASHIR ILMI

.MUHAMMAD NASHIR ILMI
berbagi ilmu tentang pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus dalam lingkup ingklusi

Selasa, 06 Oktober 2015

PROSEDUR PRNGRMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN DAN PELAKSANAAN ASISMEN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS ( ABK )

By Guru Luar Biasa   Posted at  04.47   No comments

PROSEDUR PRNGRMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN DAN PELAKSANAAN ASISMEN

1.       Langkah-langkah penyusunan instrumen asesmen.
Untuk  mendapatkan  data  yang  akurat  dari  siswa  yang  akan diases  diperluka instrumen  yang  memadai.  Rochyadi  &  Alimin  (2005)  mengemukakan  bahwa  ada  beberapa langkah  yang  harus  ditempuh  guru  dalam  penyusunan  instrumen    asesmen.  Langkah penyusunan instrumen yang dimaksud adalah: 1) menetapkan aspek dan ruang lingkup yang akan diases, 2) menetapkan ruang lingkup, yaitu memilih komponen mana dari bidang yang akan    diakses,  3) Menyusun kisi-kisi instrumen asesmen, dan 4) Mengembangkan butir soal berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat. Berikut penjelasan masing-masing langkah.
1)      Memahami aspek dan ruang lingkup yang akan diases.
Merujuk  kepada  ruang  lingkup  asesmen  dalam  pendidikan  bagi  ABK,  guru seyogyanya  memiliki  pemahaman yang komprehensif tentang bidang yang akan diaseskan. Asesmen hanya akan  bermakna, jika guru/asesor mengetahui organisasi materi, jenis keterampilan yang akan  dikembangkan,  serta  tahap-tahap  perkembangan anak.  
Untuk  lebih  memperjelas  pembahasan  mengenai  ruang  lingkup  akan  diambil contoh salah satu ruang lingkup asesmen perkembangan, yaitu: „keterampilan  kognitif dasar‟.  Untuk  memahami  aspek-aspek apa saja yang termasuk  dalam  keterampilan kognitif dasar, maka guru harus mengetahui konsep atau pengertian keterampilan kognitif dasar  itu  sendiri.  Keterampilan  kognitif  dasar  merupakan  suatu  keterampilan  prasyarat untuk  mempelajari  bidang  akademik,  khususnya  dalam  aritmetika.  Merujuk  pada  teori perkembangan  kognitif  dari  Piaget  (1965)  yang  mengemukakan bahwa seorang  siswa dikatakan  siap  untuk  belajar  matematika  khususnya  aritmetika,  apabila  ia  telah menguasai  empat  keterampilan  kognitif  dasar,  yang  meliputi:  klasifikasi,  ordering dan/atau seriasi, korespondensi, dan konservasi.
Berdasarkan  teori  tersebut,  guru/asesor  dapat  mempelajari  masing-masing  dari keempat  komponen  keterampilan kognitif dasar tersebut.  Selanjutnya  dari  tiap-tiap komponen dikembangkan menjadi sub-sub komponen. Dari setiap subkomponen tersebut dapat  dijabarkan  lagi  ke  dalam  sub-sub  komponen  yang  lebih  kecil  yang  memuat indikator-indikator  yang  akan  dijadikan  landasan  dalam  pembuatan  butir-butir  soal dalam  instrumen  asesmen  tersebut.  Untuk  memberikan  gambaran  yang  komprehensif tentang  ruang lingkup bidang  yang akan diases,  penyajian materi dalam bentuk matriks, bagan,  tabel,  atau  daftar  dapat  membantu  pemahaman  guru/asesor  dalam  rangka menyusun instrumen asesmen yang dimaksud. 
2)      Menetapkan  ruang  lingkup,  yaitu  memilih  komponen  mana  dari  bidang  yang  akan diases
Setelah  guru/asesor  memahami  ruang  lingkup  bidang  yang  akan  diases,  langkah selanjutnya  adalah  memilih  komponen/subkomponen  mana  dari  keseluruhan  komponen bidang tersebut untuk ditetapkan sebagai komponen/subkomponen  yang akan diaseskan. Apakah  guru  memilih  salah  satu  komponen  dari  bidang  keterampilan  kognitif  dasar tersebut,  misalnya  komponen  klasifikasi,    atau  memilih  dua  komponen,  yaitu  klasifikasi dan  ordering,  misalnya.  Setelah  guru/asesor  menetapkan  atau  memilih  komponen  mana yang  akan  diases,  langkah  selanjutnya  adalah  menyusun  kisi-kisi  instrumen  asesmen tentang komponen yang dipilih/ditetapkan dari keseluruhan komponen bidang yang akan diases. 
3)      Menyusun kisi-kisi instrumen asesmen         
Untuk menentukan instrumen asesmen dari keterampilan/subketerampilan tertentu, guru/asesor  seyogyanya  membuat  kisi-kisi  instrumen.  Kisi-kisi  ini  bertujuan untuk  mempermudah  dalam  membuat soal  atau  tugas-tugas  yang  harus  dikerjakan  oleh siswa. Yang  paling  penting  dalam  membuat kisi-kisi instrumen ini adalah pemahaman secara komprehensif tentang  keterampilan/subketerampilan  yang  telah  dipilih/ditetapkan untuk diaseskan, baik pengertiannya maupun ruang lingkupnya. Tidak ada peraturan yang baku  mengenai  penyusunan  kisi-kisi  ini,  namun  berdasarkan  pengalaman penulis,  untuk memudahkan dan memberikan gambaran yang  menyeluruh  sebaiknya  disusun  dalam sebuah  table  atau  daftar.  Tabel  kisi-kisi  ini  yang  berisi  kolom-kolom:  1)  keterampilan, 2) subketerampilan, dan 3) indikator .
4)    Mengembangkan butir soal berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat    
Setelah  menyusun  kisi-kisi  instrumen,  langkah  selanjutnya  adalah mengembangkan  butir-butir  soal    tentang  keterampilan/subketerampilan    dari  kisi-kisi yang telah dibuat sebelumnya. Sama halnya dengan penyusunan kisi-kisi, pengembangan butir  soal  dapat  dibuat  dalam  bentuk  daftar  atau  tabel. Butir-butir  soal  dikembangkan berdasarkan  indikator-indikator  yang  telah  dijabarkan  dari  subkomponen/ subketerampilan yang telah dipahami baik pengertiannya maupun ruang lingkupnya.  
2.       Pengembangan  Instrumen Asesmen. 
Untuk dapat mengembangkan instrumen asesmen ada beberapa prosedur atau strategi yang dapat dipilih, yaitu asesmen formal dan asesmen informal. Asesmen formal dilakukan dengan  menggunakan  tes  baku  yang  dilengkapi  dengan  petunjuk  pelaksanaan  tes,  kunci jawaban,  cara  menafsirkan  hasilnya,  dan  alternatif  penanganan  anak  yang  bersangkutan. Penyusunan asesmen formal memerlukan keahlian tinggi, waktu  yang lama, dan biaya  yang besar, karena  harus  didasarkan  atas  validitas  tertentu,  memerlukan  perhitungan  reliabilitas , dan  tiap  butir  soal  perlu  dikalibrasi  untuk  mengetahui  daya  pembeda  dan  derajat kesulitannya. Karena penyusunan instrumen asesmen formal tidak mudah, maka tidak mudah pula  untuk  menemukan  instrumen  asesmen  formal  tersebut.  Oleh  karena  itu  para  ahli  di bidang  pendidikan  bagi  ABK  umumnya  mempercayai  bahwa  asesmen  informal  merupakan cara yang terbaik untuk memperoleh informasi  tentang penguasaan anak  Berbagai observasi tentang  perilaku  anak  sehari-hari  dalam  menyelesaikan  tugasnya  atau  hasil  tes  bidang tertentu  yang  dibuat  oleh  guru  berdasarkan  kurikulum  dapat  menyajikan  informasi  yang sangat  berharga  sebagai  landasan  pelayanan  pengajaran  bagi  ABK.  Yusuf,  M  (2005) mengemukakan  beberapa  jenis  asesmen  informal  yang  dapat  digunakan  guru,  seperti: observasi, analisis  sampel  kerja,  inventori  informal,  daftar  cek,  skala  penilaian,  wawancara, dan kuesioner.
Observasi,    adalah  suatu  strategi  pengukuran  dengan  cara  melakukan  pengamatan langsung terhadap perilaku siswa, misalnya keterampilan sosial, keterampilan akademik, dan kebiasaan  belajar.  Adapun  teknik  yang  dapat  digunakan  berupa: event  recording (catatan berdasarkan  frekuensi  kejadian), duration  recording  (mencatat    perilaku  berdasarkan lamanya  kejadian),  interval  time  sample  recording  (mencatat  hasil  amatan  berdasarkan interval  waktu  kejadian).  Agar  pelaksanaan  observasi  ini    efisien  dan  akurat,  perlu diperhatikan hal-hal berikut: 1) tentukan perilaku yang akan diamati, 2) perilaku harus dapat diamati  dan  diukur,  3)  tentukan  waktu  dan  tempat,  4)  sediakan  form catatan,  dan  5)  cara pengukuran. Analisis  sampel  kerja,  merupakan  jenis  pengukuran  informal  dengan  menggunakan 
sample pekerjaan siswa, misalnya hasil tes, karangan, karya seni, respon lisan. Ada beberapa tipe analisis sample kerja, yaitu: analisis kesalahan dari suatu tugas dan  analisis respon, baik respon yang benar maupun yang  salah.
Analisa  Tugas,  lebih  banyak  digunakan  untuk  pengukuran  maupun  perencanakan pengajaran. Analisa tugas merupakan proses pemisahan, pengurutan, dan penguraian sebuah komponen  penting  dari  semua  tugas.  Analisa  tugas  umumnya  digunakan  dalam  bidang menolong diri sendiri. Misalnya tugas menyetrika baju/dari tahapan-tahapan yang dilakukan anak. Infentori  Informal,  biasanya  digunakan  untuk  melihat  prestasi  siswa  dalam  bidang akademik.  Meskipun  demikian  dapat  pula  digunakan  untuk  mengukur  aspek-aspek  non akademik,  seperti  kebiasaan  dan  perilaku  social.  Inventory  informal  memberikan  jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya lebih umum, seperti sejauh mana kemampuan membaca siswa? Dari pertanyaan umum ini dijabarkan ke dalam beberapa bagian yang dapat diuji, seperti dalam pengenalan atau pemahaman bacaan. 
Daftar  Cek,  biasanya  digunakan  untuk  meneliti  perilaku  siswa  di  dalam  kelas,  atau patokan-patokan  perkembangan.  Daftar  cek  dapat  juga  untuk  mengetahui  apa  yang  sudah dicapai  pada  masa  lalu,  kinerja  siswa  di  luar  sekolah,  kurikulum  yang  sudah  dicapai  dan sebagainya. 
Skala penilaian, memungkinkan diperolehnya informasi tentang opini dan penilaian, bukan  laporan  perilaku  yang dapat  diamati.  Misalnya  sikap  terhadap  suatu  obyek,  persepsi anak mengenai pengasuhan orang tua, konsep diri anak dan sebagainya.
Kuisioner,  biasanya  berupa  instrumen  tertulis,  sedangkan  wawancara  dilakukan secara lisan. Keduanya dapat disusun secara sistematis atau secara terbuka. Wawancara dan kuisioner  merupakan  salah  satu  teknik  asesmen  yang  cukup  tepat  untuk  menghimpun informasi seseorang termasuk informasi masa lalu, seperti pengalaman masa kecil, kebiasaan di rumah, sejarah perkembangan anak dan sebagainya.   
Berdasarkan  beberapa  strategi/teknik  dalam  melakukan  asesmen  seperti  tersebut  di atas,  dapat  disusun  suatu  skala  pengukuran  terhadap  aspek  tertentu.  Selanjutnya  Yusuf M.(2005) mengemukakan bahwa ada beberapa kriteria  yang dapat digunakan sebagai acuan dalam pengembangan skala pengukuran: 
1.  Aspek apa yang akan diukur 
2.  Rumuskan definisi konsep dan operasional 
3.  Sebutkan indiktor dari aspek yang diukur 
4.  Susun daftar pertanyaan 
5.  Pilih tehnik/strategi yang akan digunakan.

3.       Metode dan Teknik  Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus
metode  atau  cara  yang  dapat  digunakan  dalam melaksanakan asesmen antara lain:
a.       Observasi,  pengamatan  yang  dilakukan  terhadap  cara  belajar  siswa,  tingkah    laku  yang muncul pada saat siswa belajar, dan sebagainya
b.      Tes atau evaluasi hasil belajar, diperoleh dengan cara memberikan tes pada setiap bidang pengajaran.
c.       Wawancara, dilakukan terhadap orang tua, atau keluarga, dan siswa. 

Sedangkan  teknik  yang  digunakan  untuk  mengumpulkan  data  yang  diharapkan  melalui metode di atas adalah:
a.       Ceklis, yaitu memberikan tanda pada bagian-bagian yang telah ditentukan pada pedoman sesuai dengan kemampuan anak.
b.      Skala nilai, yaitu bentuk penilaian yang mengarah pada kemampuan atau prestasi belajar
siswa.

Adapun bentuk laporan hasil pelaksanaan asesmen dapat berupa:
a.       grafik, yaitu untuk menggambarkan posisi setiap siswa dalam tiap-tiap bidang pengajaran
b.      Data  kualitatif,  yaitu  deskripsi  singkat  tentang  kemampuan  siswa  dalam  belajar  untuk setiap bidang studi
c.       Data kuantitatif, yaitu data berupa angka. Supaya tidak menyesatkan, data kuantitatif ini hendaknya selalu diiringi dengan data kualitatif.

Ada beberapa persyaratan dalam menentukan metode asesmen, yaitu :
a.       Autentik, perilaku nyata dalam setting nyata
b.      Konvergen, sumber informasi yang beragam 
c.       Kolaborasi, dilakukan bersama, terutama sekali dengan pengasuh 
d.      Equity, mampu mengakomodasi kebutuhan khusus anak
e.      Sensivitas, dapat memasukan materi yang cukup untuk perencanaan keputusan 
f.        Kongruen,  ada  kesamaan  prosedur  yang  diterapkan,  baik  dalam  pengembangan  maupun evaluasinya.
Terdapat  beberapa  hal  yang  perlu  dipertimbangkan    di  dalam  melakukan  asesmen  sebagaimana Mary, A.Falvey, (1986) mengemukakan tentang kapan, dimana, dan bagaimana asesmen itu dilakukan.
Untuk  menentukan  program  pembelajaran  yang  relevan  dan  fungsional  bagi  anak, asesmen  seyogyanya  dilakukan  secara  terus  menerus  (kontinyu).  Dengan  cara  ini  asesmen dapat  memfasilitasi  belajar  anak  dan  keterampilan  yang  diperoleh  dari  hasil  belajar  akan menjadi fungsional
Untuk melihat bagaimana perilaku anak, asesmen hendaknya dilakukan dalam situasi alamiah (seperti di  rumah, di dalam kelas, di kantin, di asrama, dsb. di mana anak tinggal). Proses  asesmen  pada  situasi  alamiah  ini  penting  untuk  melihat  perilaku  nyata  anak  dalam
berbagai ragam situasi/lingkungan. 
Metode  dan  teknik  harus  menjadi  pertimbangan di dalam  melakukan asesmen. Beberapa  teknik  dapat  digunakan  dalam  melakukan  asesmen,  di  antaranya:  observasi, wawancara, tes, dan inventori. Namun demikian, observasi dan wawancara  yang mendalam banyak  membantu  menggali  kemampuan,  masalah,  dan  kebutuhan  anak.    Observasi  sangat berguna  untuk  melihat  kemampuan  dan  keterampilan    anak  dalam  situasi/lingkungan  yang alamiah. Perilaku itu muncul tanpa ada intervensi dan manipulasi dari guru. Melalui lembar observasi  guru  hanya  menandai  atau  menceklis  setiap  perilaku  yang  muncul  (mis.:  tidak pernah,  kadang-kadang,  sering,  atau  sering  sekali),  sehingga  akan  tampak  perilaku  yang menjadi  masalah  pada  anak  tersebut.    Data  yang  dikumpulkan    dari  kegiatan  observasi mungkin  berkaitan  erat  dengan    manusia,  material,  atau  benda,  dan  berbagai  situasi  yang berhubungan  dengan  anak.    Berdasarkan  hasil  observasi,  guru  dapat  mengembangkan program    pengembangngan  perilaku  yang  bersifat  negatif  ke  arah  perilaku  yang  bersifat positif.

4.       Prosedur Pelaksanaan Asesmen
Sebagaimana telah dijelaskan mengenai ruang lingkup materi keterampilan yang akan diases, asesmen juga pada akhirnya akan menentukan apa yang akan diajarkan kepada siswa secara  individu.  Dan  bagaimana  cara  guru  mengajar  siswa  sehingga  memperoleh  kemajuan yang optimal. 
Pada hakikatnya guru mempunyai tugas untuk membantu individu agar dapat belajar. secara baik dan memperoleh hasil yang optimal (sesuai dengan kemampuannya). Oleh karena itu,  dalam  merencanakan  program  pengajaran,  guru  hendaknya  memperhatikan perbedaan-perbedaan yang dimiliki oleh siswa baik yang bersifat inter individual maupun yang bersifat intra  individual.  Hal  ini  sangat  penting  bagi  ABK  yang  perbedaan  individualnya  sangat nampak. Perbedaan-perbedaan itu dapat diketahui melalui kegiatan asesmen.
Untuk  menentukan  apa  yang  harus  diajarkan  kepada  siswa  secara  individu,  ada beberapa langkah/urutan yang harus diperhatikan. Mercer & Mercer (1989:38) menyarankan sebagai berikut:
1) Determine scope and sequence of skills to be taught, 2) decide what behavior to  asses,  3)  select  an  evaluation  activity,  4)  administer  the  evaluation  device,  5) record the student’s performance, 6) determine the specific short- and  long  range  instructional objectives.

Pernyataan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut, Pertama, menentukan skop atau bidang  dan  urutan  keterampilan  yang  akan  diajarkan.  Untuk  dapat  melaksanakan  hal  ini dengan  efektif,  maka  guru  harus  memahami  tingkatan  kemampuan  siswa  dalam  bidang-bidang pengajaran tertentu. Hal ini perlu dilakukan mengingat kemampuan antara siswa yang satu  dengan  yang  lainnya  berbeda-beda.  Guru  umumnya  dapat  mengetahui  dengan  jelas keterampilan-keterampilan  yang  telah  dikuasai  oleh  siswa  dan  keterampilan  yang  perlu dikuasainya. Melalui analisis tugas biasanya guru dapat mengidentifikasi keterampilan siswa sampai kepada bagian-bagian yang terkecil. 
Kedua,  Memilih  tingkah  laku  yang  akan  dinilai.  Penilaian  tingkah  laku  dimulai  dari tingkat  yang  paling  global  sampai  pada  tingkat  yang  paling  spesifik.  Tingkah  laku  global yaitu penggradasian  materi  kurikulum  yang  melibatkan  tingkah  laku  siswa  dalam  rentang keterampilan  yang  luas.  Misalnya  dalam  bidang  membaca  meliputi:  keterampilan  mengenal huruf dan kata, pemahaman kata, dan mungkin pemahaman wacana. Sedangkan tingkah lakuyang spesifik  mengacu  pada  penentuan  secara  langsung  tujuan  pengajaran,  misalnya:  siswa perlu belajar bunyi vokal pendek.

Ketiga,  memilih  kegiatan  evaluasi.  Dalam  hal  ini  guru  perlu  mempertimbangkan apakah  kegiatan  itu  untuk  menilai  rentang  keteampilan  umum  atau  untuk  menilai keterampilan  khusus.  Apabila  penilaian  tentang  rentang  keterampilan  dibutuhkan  maka  hal itu umumnya dilakukan tidak secara kontinyu. Misalnya dua kali dalam setahun. Akan tetapi penilaian  keterampilan  khusus  sebaiknya  bersifat  kontinyu  yang  hasilnya  dapat  digunakan untuk merencanakan berikutnya
Keempat, pengadministrasian alat evaluasi. Pengadministrasian alat evaluasi biasanya diperlukan  untuk  penilaian  awal.  Kegiatan  ini  meliputi  identifikasi  bidang  masalah, pencatatan  pola  kesalahan,  penilaian  keterampilan  tertentu.  Setelah  penilaian  awal dilaksanakan  dan  tujuan-tujuan  pengajaran  ditentukan,  maka  selanjutnya  guru  juga  perlu menentukan prosedur untuk memonitoring kemajuan. 
Kelima,  pencatatan  penampilan  siswa.  Ada  dua  jenis  penampilan  siswa  yang  harus dicatat oleh guru, yaitu penampilan pekerjaan pada sehari-hari yang biasanya dicatat dengan aktivitas buatan guru; dan penguasaan keterampilan secara keseluruhan yang biasanya dicatat dalam  bagan-bagan  atau  format  kemajuan  setiap  individu  yang  telah  disediakan  untuk keperluan tersebut.

Keenam, penentuan  tujuan  pengajaran  khusus  jangka  pendek  dan  jangka  panjang. Tujuan  yang  baik  adalah  tujuan  yang  dapat  mengamati  tingkah  laku  yang  terjadi  dan menggambarkan  kriteria  penilaian  yang  berhasil.  Contoh:  tujuan  jangka  pendek  memberi materi  berupa  huruf-huruf  konsonan  seperti:  b,  c,  d,  e,  f,  g  dan  seterusnya.  Tujuan  jangka panjang  memberikan  materi  berupa  rangkaiana  huruf  vokal  dan  konsonan,  siswa  dapat menyebutkan  90%  fonem  yang  benar.  Dalam  hal  ini  yang  penting  adalah  bahwa  tujuan jangka  pendek  hendaknya  langsung  memberi  kontribusi  terhadap  pencapaian  tujuan  jangka panjang.

About the Author

Nulla sagittis convallis arcu. Sed sed nunc. Curabitur consequat. Quisque metus enim, venenatis fermentum, mollis in, porta et, nibh. Duis vulputate elit in elit. Mauris dictum libero id justo.
View all posts by: BT9

0 komentar:

Back to top ↑
Connect with Us

© 2015 PLB UNLAM KALSEL. WP MUHAMMAD NASHIR ILMI Converted by PLB UNLAM
Blogger. Proudly Powered by Nashir ilmi aza.