.MUHAMMAD NASHIR ILMI

.MUHAMMAD NASHIR ILMI
berbagi ilmu tentang pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus dalam lingkup ingklusi

Minggu, 11 Oktober 2015

KONSEP ASISESMAN KOGNITIF DAN PRESEFSI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS ( ABK )

By Guru Luar Biasa   Posted at  21.25   2 comments

Asesmen Perkembangan Kognitif dan Presefsi

1.       asesmen Perkembangan Kognitif
a.       Konsep asesmen Perkembangan Kognitif dasar
Paling tidak pada masa lalu untuk mengajarkan suatu konsep bidang akademik seperti membaca,  menulis,  dan  matematika,  hampir  tidak  pernah  dilakukan  pengecekan  apakah siswa  yang  akan  mempelajari  konsep  tersebut  sudah  siap  atau  belum.  Padahal  mengajarkan sesuatu kepada siswa yang sudah siap, hasilnya akan lebih baik daripada kepada mereka yang belum  siap.  Dalam  hal-hal  tertentu  siswa  yang  terpaksa  harus  belajar  sesuatu,  padahal  ia sendiri  belum  siap  untuk  memahaminya,  bisa  merusak  perkembangan  mental  anak.  Ibarat seorang bayi yang belum siap berjalan dipaksa untuk bisa berjalan. 
b.      Ruang lingkup asesmen Perkembangan Kognitif
Asesmen  perkembangan  kognitif  dasar  merupakan  salah  satu  jenis  asesmen  yang digunakan untuk menggali informasi tentang keterampilan kognitif dasar yang harus dikuasai siswa  sebelum  siswa  yang  bersangkutan  mempelajari  bidang  akademik  secara  formal, misalnya membaca, menulis, dan matematika. Adapun tujuan asesmen keterampilan kognitif dasar  dalam bahasan ini adalah untuk untuk menghimpun data atau informasi tentang aspek-aspek perkembangan  keterampilan  kognitif  dasar  yang  meliputi  keterampilan mengklasifikasikan, keterampilan mengurutkan obyek satu persatu dan atau menyusun obyek dari yang terkecil sampai yang terbesar atau sebaliknya, keterampilan dalam korespondensi, dan  keterampilan  dalam  konservasi.  Dengan  mengetahui    keterampilan  kognitif  dasar  anak baik yang  telah  dikuasai  maupun  yang  belum  dikuasai      anak,  dapat  membantu  guru  dalam memahami perkembangan anak, khususnya dalam keterampilan kognitif dasar.
c.       Defenisi Komponen Kognitif
Piaget    (1965)  dalam  Mercer  & Mercer  (1989:188)  mengemukakan  bahwa  seorang siswa  dikatakan  siap  untuk  belajar  akademik  khususnya  aritmetika,  apabila  ia  telah menguasai  empat  keterampilan  kognitif  dasar,  yang  meliputi:  klasifikasi,  ordering  dan/atau seriasi,  korespondensi,  dan  konservasi.  Berikut  uraian  dari  masing-masing  keterampilan kognitif dasar.
Mengklasifikasikan,  adalah  suatu  kemampuan  mengelompokkan  obyek  berdasarkan karakteristik yang dimiliki obyek tersebut, misalnya: warna, bentuk, atau ukuran. Klasifikasi merupakan salah satu kegiatan intelektual dasar untuk memahami lambing-lambang bilangan yang meliputi persamaan dan perbedaan. Klasifikasi dilakukan dengan cara mengkategorikan obyek-obyek  berdasarkan  karakteristik  yang  dimilikinya.  Dengan  demikian  karakteristik obyek  seperti  warna,  bentuk  dan  ukuran  harus  diketahui  siswa  sebelum  mereka mengelompokkannya.  Seorang  anak  yang  belum  mampu  mengkategorikan  obyek berdasarkan ciri-cirinya maka ia akan sulit untuk mempelajari bilangan.
Mengurutkan  (Ordering)  adalah  suatu  kemampuan  yang  dikuasai  anak  dalam menyusun dan menghitung setiap obyek hanya satu kali secara berurutan, sehingga terdapat proses  keteraturan.  Kemampuan  ordering  mengantarkan  siswa  dalam  menguasai keterampilan  membilang.  Sedangkan  menyeri  (Seriation)  merupakan  kemampuan mengurutkan susunan obyek-obyek berdasarkan karakteristik ukurannya, atau merangkaikan obyek secara berturut-turut berdasarkan ukurannya, misalnya dari yang terkecil sampai yang terbesar,  dari  yang  terpendek  sampai  yang  terpanjang  atau  sebaliknya.  Seriation  merupakan kemampuan  dasar  untuk  mampu  membandingkan,  memahami  lambang  sama  dengan,  tidak sama  dengan,  lebih  kecil,  dan  lebih  besar.  Kemampuan  seriation  menghantarkan  pada pemahaman sifat transitif urutan (jika a = b;  b = c; maka a = c; jika a < b; b < c; maka a < c)
Korespondensi; adalah kemampuan yang menunjuk pada adanya suatu konsep  bahwa jumlah  atau  nilai  sesuatu  obyek  akan  sama  sekalipun  memiliki  karakteristik  yang  berbeda. Artinya siswa memiliki persepsi bahwa suatu obyek akan memiliki nilai yang sama sekalipun karakteristik obyek tersebut berbeda, misalnya: satu baju dan satu celana. Kedua karakteristik obyek tersebut berbeda, namun kedua obyek memiliki nilai atau jumlah yang sama. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan menjodohkan  atau memasang-masangkan benda. 
Konservasi  bilangan,  menunjuk  pada  adanya  persepsi  bahwa  jumlah  anggota  suatu kelompok obyek akan tetap sekalipun terjadi perubahan posisi atau tempat.
Keempat  komponen  keterampilan  kognitif  dasar  di  atas  merupakan  prasyarat (prerequisite)  untuk  dapat  belajar  matematika  khususnya  bidang  aritmetika.  Untuk mengetahui  apakah  siswa  telah  memiliki  keempat  komponen  kognitif  dasar  tersebut  atau belum  maka  guru/asesor  perlu  melakukan  tes  yang  meliputi  keempat  unsur  keterampilan kognitif  dasar  tersebut.  Dalam  hal  ini  guru/asesor  memerlukan  instrumen  tes  yang  tepat sehingga dapat memperoleh data yang akurat.
2.       Menyusun Kisi-kisi Instrumen Asesmen Keterampilan kognitif dasar
Untuk  menentukan  instrumen  asesmen  keterampilan  kognitif  dasar,  guru/asesor seyogyanya membuat kisi-kisi instrumen secara menyeluruh baik dalam salah satu komponen tertentu  maupun  seluruh  komponen  dari  kognitif  dasar.  Kisi-kisi  ini  bertujuan  untuk mempermudah dalam membuat soal atau tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh siswa.
Setelah  guru/asesor  memahami  secara  komprehensif  tentang  keterampilan  kognitif dasar  baik  pengertiannya  maupun  ruang  lingkupnya,  maka  dengan  mudah  guru/asesor membuat  tabel  kisi-kisi  yang  berisi  kolom-kolom:  1)  keterampilan, 2) subketerampilan,  dan  3)  indikator  .  Untuk  lebih  jelasnya,  berikut  contoh  tabel  kisi-kisi instrumen keterampilan keterampilan kognitif dasar .
CONTOH KISIS KISI INSTRUMEN ASESMEN KOGNITIF
3.       Mengembangkan Butir-butir Instrumen Asesmen Keterampilan Kognitif dasar
Setelah  menyusun  kisi-kisi  instrumen  keterampilan  kognitif  dasar  (seperti  contoh  di atas),  langkah  selanjutnya  adalah  mengembangkan  butir-butir  instrumen  keterampilan kognitif dasar dari kisi-kisi yang telah dibuat sebelumnya. Sama halnya dengan penyusunan kisi-kisi, pengembangan  butir  soal  dapat  dibuat  dalam  bentuk  daftar  atau  tabel. Butir-butir soal dikembangkan berdasarkan indikator-indikator yang telah dijabarkan dari subkomponen keterampilan  kognitif  dasar  yang  telah  dipahami  baik  pengertiannya  maupun  ruang lingkupnya. Untuk lebih jelasnya, perhatikan ilustrasi berikut ini. 
CONTOH PENGEMBANGAN BUTIR INSTRUMEN ASISMEN KOGNITIF
Berdasarkan  butir-butir  soal  yang  telah  dikembangkan,  guru/asesor  selanjutnya membuat  lembar  kerja  siswa  (LKS).  LKS  ini  berisi  soal atau  tugas-tugas  yang  harus dikerjakan  oleh  siswa  yang  akan  diases.  Dalam  hal  ini  guru/asesor  dituntut  untuk  terampil membuat  pertanyaan-pertanyaan  atau  tugas-tugas  yang  relevan  dengan  informasi-informasi yang akan digali dari siswa yang bersangkutan. Ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam  membuat  butir-butir  soal  ataupun  LKS, diantaranya  adalah  pertanyaan  atau  tugas hendaknya diberikan dalam kalimat yang sederhana, jelas, tidak berbelit-belit sehingga tidak membingungkan  siswa  yang  sedang  diases. Faktor  kejelasan  ini  sangat  penting  dan  sangat mempengaruhi  cara  kerja  siswa, dan  dari  kerja  siswa  itulah  guru/asesor  akan  memperoleh informasi  yang  diharapkan. Jika  terjadi  ketidakjelasan  dalam  tugas, maka  siswa  tidak  akan bekerja  sesuai  dengan  yang  diharapkan.  Ini  berarti  informasi  yang  digalipun  tidak  relevan, yang  pada  gilirannya  kekuatan  dan  kelemahan,  serta  kebutuhan  siswapun  tidak  dapat diketahui. Untuk lebih jelasnya, perhatikan ilustrasi berikut ini.
CONTOH LKS PERKEMBANGAN KOGNITIF DASAR
Nama                    :
Usia                       :
Jenis Kelamin      :
Kelas                     :
Sekolah                :
Alamat Rumah    :

B. asismen perkembangan Presefsi
1.       asesmen Perkembangan Presefsi
a.       Konsep asesmen Perkembangan Presefsi dasar
Asesmen  perkembangan  persepsi  merupakan  suatu  proses  pengumpulan  informasi mengenai aspek-aspek perkembangan persepsi seorang anak  yang diperlukan sebagai bahan pertimbangan    dalam  merencanakan  suatu  program    pembelajaran  akademik,  seperti membaca, menulis dan matematika. 
Tujuan  asesmen  perkembangan  persepsi  dalam  bahasan  ini  dimaksudkan  untuk menghimpun  informasi  tentang  tahap  perkembangan  persepsi  anak  yang  dapat  membantu guru  dalam  memahami  kemampuan  persepsi  anak  yang  meliputi  persepsi  auditoris,  visual, dan persepsi heptik. 
Asesmen perkembangan persepsi hanya akan bermakna, jika guru mengetahui materi keterampilan  yang  dikembangkan,  dan  tahap-tahap  perkembangan  anak.  Dengan  demikian pemahaman  yang  jelas  tentang  konsep  dasar  perkembangan  persepsi  pada  ABK  merupakan dasar  yang  penting  untuk  dapat  melaksanakan  asesmen  secara  tepat  bagi  mereka, sehingga perlu  dijelaskan  hakikat  perkembangan  persepsi  Anak  Berkebutuhan  Khusus.  Jika  tidak, pelaksanaan asesmen perlu dipertanyakan. 
Persepsi  berasal  dari  istilah  bahasa  Inggris  "Perception" artinya  tanggapan  atau penerimaan  langsung  dari  sesuatu;  daya  memahami  atau  menanggapi  sesuatu;  serapan; proses  seseorang  mengetahui  beberapa  hal  melalui  pancaindranya.  Secara  definisi  Lerner, (1988:282)  mengemukakan  bahwa  persepsi  merupakan  proses  memahami  dan menginterpretasikan  informasi  sensoris  atau  yang  berhubungan  dengan  pancaindra,  atau kemampuan intelek untuk menyarikan makna dari data yang diterima oleh berbagai indra". Dengan demikian untuk memahami proses persepsi terlebih dahulu harus dipahami apa yang disebut dengan pengindraan. 
Rochyadi  &  Alimin  (2005)  mengemukakan  bahwa  pengindraan  sebetulnya merupakan proses fisiologis. Apa yang diindra selanjutnya ditransfer ke otak dan membentuk sebuah  gambaran. Namun  demikian,  hasil  pembentukan  di  otak  tidak  selamanya  memberi gambaran  seperti  apa  yang  diindranya.  Misalnya,  seorang  anak  diminta  untuk  mengamati huruf  /d/, di  samping  huruf  tersebut  berderet  huruf-huruf  seperti.  /p/,  /b/,  /d/,  /a/. Apabila anak dapat menunjukkan huruf /d/ pada deretan huruf-huruf tadi, maka proses persepsi telah terjadi karena ada penafsiran yang sama. Tetapi jika yang ditunjuk adalah huruf /a/, maka yang terjadi hanya proses pengindraan. Sebetulnya anak melihat huruf /d/, tetapi apa yang dilihatnya tidak  membentuk  gambaran  yang  benar.  Secara  fisiologis  ia  tidak  mengalami  gangguan penglihatan, akan tetapi ia tidak dapat menafsirkan obyek yang dilihat dan inilah yang dimaksud mengalami gangguan persepsi. 
Sebagian  ABK  ada  yang  mengalami  gangguan  persepsi  dan  ada  yang  tidak.  Mereka yang  mengalami  gangguan  persepsi  dapat  dipastikan  akan  mengalami  masalah  yang  lebih berat  dibanding  dengan  mereka  yang  tidak  mengalami  gangguan  persepsi.  Dampak  yang paling  nyata  dari  gangguan  persepsi  ini  sering  kali  dirasakan  guru  ketika  mereka  belajar membaca,  menulis,  berhitung,  atau  di  dalam  memahami  orentasi  ruang  maupun  arah. Persepsi  merupakan  keterampilan  yang  dapat  dipelajari,  maka  proses  pembelajaran  dapat memberikan darnpak langsung terhadap kecakapan perseptual. 
b.      Ruang lingkup asesmen Perkembangan persepsi
Adapun  ruang  lingkup  bidang  perkembangan  persepsi  terdiri  dari  tiga  komponen besar  (Abdurahman,  M.  1995)  yaitu:  (1)  persepsi  auditoris  yang  meliputi  kesadaran fonologis, diskriminasi auditoris, ingatan auditoris, urutan auditoris, dan perpaduan auditoris; (2)  persepsi  visual,  yang  meliputi  hubungan  keruangan,  diskriminasi  visual, diskriminasi bentuk  dan  latar, visual  closure, mengenal  obyek, dan  (3)  persepsi  heptik  yang  meliputi persepsi  taktil  dan  kinestetik.  Berikut  penjelasan  singkat  mengenai masing-masing  jenis persepsi. 
c.        Defenisi Komponen Kognitif
Persepsi   Auditoris,   adalah  kemampuan   untuk  memahami   atau menginterpretasikan segala sesuatu yang didengar. Persepsi ini mencakup kemampuan:
(l) Kesadaran  fonologis adalah  kesadaran  bahwa  bahasa  dapat  dipecah  ke  dalam  kata, sukukata, dan fonem (bunyi huruf). 
(2) Diskriminasi Auditoris; Kemampuan mengingat perbedaan antara bunyi-bunyi fonem dan mengidentifikasi kata-kata yang sama dengan kata-kata yang berbeda. 
(3) Ingatan Auditoris; kemampuan untuk menyimpan dan mengingat sesuatu yang didengar. 
(4) Urutan Auditoris; kemampuan mengingat urutan hal-hal yang disarnpaikan secara lisan 
(5)  Perpaduan  Auditoris;  Kemampuan  memadukan  elemen-elemen  fonem  tunggal  atau berbagai fonem menjadi suatu kata yang utuh 
Persepsi   Visual,   merupakan   kemampuan   untuk  memahami  atau menginterpretasikan  segala  sesuatu  yang  dilihat.  Persepsi  visual  mencakup  kemampuan berikut: 
(l) Hubungan keruangan menunjuk pada persepsi tentang posisi berbagai obyek dalam ruang. 
(2)  Diskriminasi  visual menunjuk  pada  kemampuan  membedakan  suatu  obyek  dari  obyek yang lain. 
(3)  Diskriminasi  bentuk-Iatar menunjuk  pada  kemampuan  membedakan  suatu  obyek  dari latar belakang yang mengelilinginya.
(4) Visual closure menunjuk pada kemampuan mengingat dan mengidentifikasi suatu obyek, meskipun obyek tersebut tidak diperlihatkan secara keseluruhan. 
(5)  Mengenal  obyek menunjuk  pada  kemampuan  mengenal  sifat  berbagai  obyek  pada  saat mereka memandangnya. 
Sedangkan  persepsi  heptik  menunjuk  pada  kemampuan  mengenal  berbagai  obyek melalui modalitas taktil (perabaan) dan kinestetik (gerak). 
(l) Persepsi  taktil;  berkaitan  dengan  sentuhan  atau  rabaan;  atau  kemampuan  mengenal berbagai  obyek  melalui meraba;  mis.  mengidentifikasi  angka  yang  ditulis  di  punggung, membedakan  permukaan  kasar  dari  yang  halus,  mengidentifikasi  jari  mana  yang digunakan untuk meraba 
(2)  Persepsi  kinestetik;  (a)  perasaan  yang  sangat  kompleks  yang  ditimbulkan  oleh rangsangan di otot, urat, dan pergelangan; (b) mempunyai daya menyadari gerakan otot; misalnya  kesadaran  posisi, rasa  tubuh  tentang  kontraksi  otot,  tegangan, dan  relaksasi adalah beberapa contoh dari persepsi kinestetik. 
2.       Penyusunan Kisi-kisi Instrumen Asesmen Perkembangan Persepsi 
Berdasarkan ruanglingkup materi perkembangan persepsi di atas, langkah selanjutnya adalah  menyusun  kisi-kisi  instrumen  asesmen.  Sebelum  menyusun  kisi-kisi  instrumen asesmen perkembangan persepsi, Anda perlu menetapkan perilaku yang akan diases terlebih dahulu. Dalam hal ini Anda memilih komponen-komponen apa saja yang akan diaseskan dari bidang  perkembangan  persepsi  tersebut.  Misalnya,  sebagai  contoh  kita  menetapkan  dan memilih  komponen "Persepsi  auditoris". Dengan  demikian  pengetahuan  kita  dipusatkan pada  bagaimana  menggali  informasi  tentang  kemampuan  anak  dalam  memahami  atau menginterpretasikan segala sesuatu yang didengarnya.
Sebagaimana  Anda  pelajari  dalam  ruang  lingkup  bidang  perkembangan  persepsi, kemampuan  persepsi  auditoris  terdiri  dari  lima  kemampuan  atau  keterampilan,  yaitu: kesadaran fonologis, diskriminasi auditoris, ingatan auditoris, urutan auditoris, dan perpaduan auditoris. Dengan demikian Anda dituntut untuk memahami secara mendalam tentang sub-sub komponen tersebut, sehingga Anda mampu menjabarkannya dalam bentuk indikator-indikator yang lebih operasional. 
Setelah  Anda  memahaminya,  langkah  selanjutnya  adalah  menyusun  kisi-kisi instrumen asesmen perkembangan persepsi auditoris baik dalam bentuk tabel maupun daftar. Pada  dasamya  tidak  ada  ketentuan  berapa  kolom  yang  kita  perlukan, namun  yang  paling penting kolom-kolom tersebut harus memuat tiga aspek, yaitu: kolom komponen keterampilan yang  akan  diases,  kolom  ruang  lingkup  atau  sub-sub  komponen dari  komponen  ketrampilan yang  akan  diases, serta  kolom  indikator-indikator  yang  akan  mampu  menggali  kemampuan atau keterampilan dari sub-sub komponen tadi.
3.       Mengembangkan Butir-butir Instrumen Asesmen Keterampilan Kognitif dasar

Pengembangan Butir-butir Instrumen Asesmen Perkembangan Persepsi  Setelah menyusun kisi-kisi instrumen perkembangan persepsi (seperti contoh di atas: persepsi auditoris),  langkah  selanjutnya  adalah  mengembangkan  butir-butir  instrumen perkembangan  persepsi  auditoris  dari  kisi-kisi  yang  telah  dibuat  sebelumnya. Sama  halnya dengan penyusunan kisi-kisi instrumen asesmen perkembangan yang lainnya, pengembangan butir  soal  perkembangan  persepsi  dapat  dibuat  dalam  bentuk  daftar  atau  tabel. Butir-butir soal dikembangkan berdasarkan indikator-indikator yang telah dijabarkan dari subkomponen keterampilan/kemampuan,  yang  kemudian  dibuat  lembar  kerja  siswa  (LKS).  Dalam  hal  ini guru/asesor  dituntut  untuk  terampil  membuat  pertanyaan-pertanyaan  atau  tugas-tugas  yang relevan  dengan  informasi-informasi  yang  akan  digali,  yaitu  kemampuan  dalam perkembangan  persepsi  dari  seorang  siswa  .  Ada  beberapa  aspek  yang  perlu  diperhatikan dalam  membuat  butir-butir  soal  ataupun  LKS, diantaranya  adalah  pertanyaan  atau  tugas hendaknya diberikan dalam kalimat yang sederhana, jelas, tidak berbelit-belit sehingga tidak membingungkan  siswa  yang  sedang  diases. Faktor  kejelasan  ini  sangat  penting  dan  sangat mempengaruhi  cara  kerja  siswa, dan  dari  kerja  siswa  itulah  guru/asesor  akan  memperoleh informasi  yang  diharapkan.  Jika  terjadi  ketidakjelasan  dalam  tugas, maka  siswa  tidak  akan bekerja  sesuai  dengan  yang  diharapkan.  Ini  berarti  informasi  yang  digalipun  tidak  relevan, yang  pada  gilirannya  kekuatan  dan  kelemahan,  serta  kebutuhan  siswapun  tidak  dapat diketahui.

About the Author

Nulla sagittis convallis arcu. Sed sed nunc. Curabitur consequat. Quisque metus enim, venenatis fermentum, mollis in, porta et, nibh. Duis vulputate elit in elit. Mauris dictum libero id justo.
View all posts by: BT9

2 komentar:

Berbagi ilmu mengatakan...

Izin share ya pak.untuk referensi tugas

Berbagi ilmu mengatakan...

Terimakasih sebelumnya

Back to top ↑
Connect with Us

© 2015 PLB UNLAM KALSEL. WP MUHAMMAD NASHIR ILMI Converted by PLB UNLAM
Blogger. Proudly Powered by Nashir ilmi aza.